Coretan Putih Biru


        SMP Al Muttaqin, tempat yang berdinding abu ini adalah sekolah kebanggaanku. Disinilah aku memulai masa putih biru dan sekarang aku akan segera mengakhirinya di tempat yang sama pula.  Ah, rasanya belum siap aku menyandang gelar “anak SMA” dengan tingkahku yang masih kekanak-kanakan ini, dengan ilmuku yang masih rendah dan dengan perkataanku yang belum bisa ku kontrol. Tiga tahun bukanlah waktu yang sebentar untuk kami melakukan semuanya bersama,  berat rasanya untuk mengakhiri masa putih biru ini, menutup coretan-coretan pengalaman masa - masa sedih dan bahagia yang tak ingin aku akhiri sekarang. Namun, 3 tahun telah terlewati dan berlalu begitu saja, entah darimana aku harus memulai menceritakannya. Jika tangan ini harus mengetik  semua itu, mungkin tak akan ada henti-hentinya saking begitu banyak yang harus ku torehkan. Mungkin aku cukup mengingatnya dalam satu kenangan yang indah, ya mungkin saja semua itu akan menjadi memori di masa yang akan datang.

        Putih biru punya cerita, tentang cinta, pertemanan dan persahabatan, tentang amarah dan kebahagiaan, tentang permusuhan dan persaingan, bahkan tentang sedih dan tawa. Putih biru adalah masa dimana aku mulai mengerti arti persahabatan, dimana romantisme cinta remaja di mulai, tapi yang terpenting adalah aku mendapatkan pelajaran untuk kedewasaan. Masa lalu bukanlah masa yang harus dilupakan, tapi masa yang harus dikenang. Setiap pertemuan pasti ada perpisahan karena tidak ada yang abadi di dunia ini, pepatah itu sangat pantas untuk saat ini. Di detik - detik bergantinya masa putih biru menjadi putih abu ini, muncul berbagai perasaan yang tercampur dalam hati, entah itu perasaan senang karena sebentar lagi aku mampu menggapai cita-citaku, entah itu perasaan takut karena sebentar lagi aku akan menghadapi masa yang lebih sulit, entah pula perasaan sedih karena aku harus berpisah dengan kawanku. Kawan yang seringkali membuatku menangis terisak-isak, bersedih berhari-hari bahkan tertawa terbahak-bahak, kawan yang telah membuat masa putih biruku begitu indah dan berwarna, semuanya terangkai dalam satu masa yang entah membuatmu terkesan atau tidak.

        Perpisahan ini bukanlah keinginanku, tetapi waktu dan keadaanlahlah yang memaksa aku, kamu dan kita semua untuk berpisah.
Teruntukmu kawan, terimakasih telah menorehkan pengalaman-pengalaman yang sangat berkesan dalam hidup ini, terimakasih telah menjadi bagian dari masa putih biru ini, dan terimakasih telah mau menemaniku melewati semua ini. Untuk adik-adikku yang sebentar lagi mungkin akan menjadi kakak kelas, janganlah kalian terus membuat ulah, jagalah selalu nama baik almamater sekolah kita, dan maafkanlah perlakuan buruk kakakmu ini. Mungkin, kami dari angkatan 14 pernah atau bahkan sering membuat kalian kecewa ataupun tertekan. Tapi sungguh, tidak ada sedikitpun kebencian di hati kami, teruslah torehkan prestasi di sekolah ini, dan jangan pernah kalian mengikuti perbuatan buruk kami, tetapi kalian harus menjadi lebih baik daripada kami. Terimakasih pula kuucapkan kepada guru-guruku, yang telah rela mengorbankan waktunya untuk mengajariku, maafkan kesalahan muridmu ini. Murid yang seringkali membuat kesal, murid yang seringkali membuat kecewa bahkan murid yang terkadang tidak mematuhi perintah dan tugasnya sebagai seorang murid.

        Semua pengalaman itu takkan terlewat dan terlupakan begitu saja, semua akan selalu ku kenang dalam hati. Perasaan dan pengalaman yang menyenangkan, menyedihkan, mengecewakan, menggembirakan, menyakitkan, dan membanggakan ini saling melengkapi satu sama lain dan membentuk sebuah pengalaman yang sangat berharga dan luar biasa.

“Serangkaian waktu yang telah dilewati, menjadikan hari penuh memori. Ada yang terlupakan, ada pula yang kan terus diingat.” – FMS

(Devitha, 2016)


Komentar