Nyontek ? NO!


Pagi hari telah tiba bersama mentari yang menyambutnya dengan riang. Pagi yang cerah ini tidak secerah hati anak-anak 10 MIA 6, pasalnya mereka akan melakukan ulangan harian MATEMATIKA. Tentu saja ini membuat keadaan hati mereka tak sebanding dengan cerahnya mentari pada pagi itu, ditambah lagi guru matematika yang SUPER CUEK itu menambah beban untuk mereka.
Luna berjalan menuju sekolah, dalam hatinya dia berbisik “gimana cara gue nanti ngerjain ulangan matematika ya? Ngerti aja kagak, mana semalem gue  gak belajar lagi gara-gara teleponan sama Ryan.” Luna berjalan tak karuan sampai akhirnya dia berbisik lagi dalam hatinya “Udahlah jangan terlalu dipikirin kali ya, kan nanti gue bisa nyontek, toh guru nya cuek jadi gaakan ketahuan kalo gue nyontek.”

*di dalam kelas*

Suasana kelas ribut melebihi hari-hari biasanya, karena apalagi jika bukan karena ulangan MATEMATIKA. Semua siswa terlihat sibuk dengan buku catatannya masing-masing. Terlihat sekali kepanikan di wajah-wajah mereka, sampai akhirnya Luna pun datang.
Luna : “Hey, pada ngapain sih kalian sibuk banget.”
Karel : “Kan sekarang ada ulangan mtk, lo gatau?”
Luna : “Tau sih, tapi gausah ribut juga kali. Gak penting banget si.”
Luna kemudian menghampiri Sheril, yang tidak lain ialah anak terpintar di kelas.
Luna : “Ril, gue sebangku sama lo ya? Boleh kan?”
Sheril : “Iya, lagian Shinta gak masuk hari ini.”
Tidak lama kemudian terdengar bel masuk berbunyi, dan disusul datangnya Bu Rena dengan membawa setumpuk kertas, yang tidak lain ialah kertas ulangan.
Bu Rena : “Anak-anak, kerjakan soalnya dengan teliti. Jangan sampai ribut.”
Siswa : “Baik bu.”
Ruangan terasa hening, tidak terdengar suara sedikitpun selain suara hembusan nafas dari samping kiri dan kanan. Di sisi lain, dengan senang hati Luna melakukan hal yang tidak sepantasnya dilakukan kepada Sheril. Dia memang telah merencanakan untuk duduk dengan Sheril saat perjalanan menuju sekolah, sehingga dia dapat mencontek dan contekannya tidak perlu diragukan lagi.

*2 hari kemudian*

Bu Rena : “Anak-anak, ibu telah memeriksa hasil ulangan kalian, dan hasilnya sungguh membuat ibu kecewaa.”
Rangga : “Ulangannya susah banget bu, beda banget sama yang pernah ibu jelasin di depan.”
Bu Rena : “Tapi, di antara kalian ada yang mendapat nilai sempurna yaitu Luna dan Sheril. Ibu sungguh bangga kepada kalian nak.”
Luna : “Terimakasih bu, itu karena saya belajar setiap malam. Gak kaya mereka yang gak suka belajar.”
Sheril : “Terimakasih bu, tetapi saya belum bangga karena teman-teman saya masih banyak yang tidak mengerti. Saya ingin semuanya mendapat nilai sempurna bu.”
Rendi : “Luna, lo baru dapet nilai sempurna sekali doang udah sombongnya minta ampun. Liat tuh Sheril, dia aja yang sering dapet nilai sempurna gak pernah sombong kaya lo.”
Luna : “Suka-suka gue dong, toh emang gue bisa kan. Sedangkan lo? Ulangan aja remedial.”
Bu Rena : “Sudah-sudah jangan ribut. Karena nilai kalian belum memadai, ibu minta tolong kalian untuk membuat dua kelompok belajar yang akan diketuai oleh Luna dan Sheril.”
Sheril : “Untuk apa bu?”
Bu Rena : “Tentu saja untuk belajar matematika. Karena kalian berdua sudah paham materi pelajarannya, ibu minta kalian menjelaskan kepada teman-temannya sampai mereka mengerti. Nomor absen 1-15 dengan Luna dan nomor absen 16-30 dengan Sheril. Paham ?”
Sheril : “Paham bu, saya akan melakukannya dengan senang hati.”
Setelah itu Luna hanya bisa diam tanpa kata.

***
(Devitha, 2017)

Komentar