Holla! Aku Devitha :))
Bismillah, semoga tidak terlintas sedikit pun kesombongan dalam hati, semoga Allah rida dengan tulisan ini, aku hanya ingin berbagi. Semoga bisa diambil manfaat dan dijauhkan dari yang buruknya.
Sebelumnya, aku minta doa untuk teman-temanku
yang belum lolos di SBMPTN semoga lolos melalui jalur mandiri, khususnya untuk
Angel (Gizi UI), Abim (Sistem Informasi UI), Anis (Psikologi UGM). Terima
kasih.
Haii, aku Devitha. Teman-teman bisa
panggil aku Dev, Devi, Devit, Devitha, Kadev, apa pun itu hehe :v
Aku lulusan 2019. Yap, aku gapyear.
Sebenarnya, kemarin sempat kuliah kedokteran, di swasta, tetapi karena satu dan
lain hal aku keluar. Ya … mungkin memang aku enggak cocok, enggak pantas,
enggak kuat di FK, intinya ini memang kesalahan aku pribadi.
SKIP ya, aku enggak akan ceritain
panjang lebar di sini perihal aku keluar dari FK, nanti di nomor 3.
Aku pernah merasakan kegagalan,
berkali-kali. Ini aku udah pernah tulis di blog ini, satu tahun yang lalu.
PMB UII 2019 : Gagal Psikologi UII
SNMPTN 2019 : Gagal Psikologi Unpad
PPKB UI 2019 : Gagal Psikologi UI
PMB UII 2019 : Gagal Kedokteran UII
PMB UMY 2019 : Gagal Kedokteran UMY
PMB UMS 2019 : Gagal Kedokteran UMS
Yang lolos, Alhamdulillah ada juga.
PMB UMY 2019 : Lolos Manajemen UMY
PMB UGJ Cirebon 2019 : Lolos
Kedokteran UGJ
SBMPTN 2019 : Lolos Psikologi UIN Malang
Nah, aku mau teman-teman semua tahu
aku siapa karena aku pernah mengalami bertubi-tubi penolakan. Aku gapyear, jadi
nanti aku enggak akan bisa jawab perihal “Kak, gimana caranya bagi waktu
ngerjain tugas sekolah sama belajar buat SBMPTN ?”.
Jujur, waktu SMA aku enggak hobi
belajar, nggak banget malah. Aku belajar kalo ada ujian aja, SKS. Jadi aku
benar-benar enggak persiapan untuk SBMPTN, padahal aku linjur.
Tapi kalau aku dapat nilai kecil, stresnya
minta ampun. Sampe nangis-nangis, gak tau diri emang, gak mau belajar tapi
pengen nilai besar L
Di sekolah, aku ambil kelas sains
tahfidz, beda dengan kelas reguler, setiap hari belajar eksak aja sama ngafalin
Alquran. Belajar Sejarah, Sosiologi, PKn, Senbud, dsb itu sebulan sekali aja,
tetapi kalau UAS ya … soalnya disamain sama yang reguler, ttp banyak. Hiks L
Kebayang kan kalau aku enggak bisa
prepare sama sekali untuk SBMPTN, bukan enggak bisa sih, ya emang dasar pemalas
aja.
Nah gais, aku (saat itu) termasuk
orang yang sangat peduli terhadap pandangan orang lain terhadapku, kayak
misalkan … aku dijulidin orang, nilaiku kecil, dsb aku tuh bener-bener
kepikiran sampai apa yang aku pilih saat itu, itu karena aku takut enggak bisa menuhin
ekspektasi orang lain terhadapku.
Aku ambil FK PTS kenapa ? Karena aku
gak mungkin lolos FK PTN. Aku ambil Psikologi UIN Malang kenapa ? Ya … sebagai
kambing hitamku kalau aku linjur, enggak belajar, tetapi masih bisa lolos. Jadi
gaada omongan “si Devitha teu lulus sbmptn”. Tahun 2019 kan nilai masih
transparan sebelum daftar, aku ikut rasionalisasi dong nilaiku yang rata2nya cuma
553 (kalau enggak salah) bisa lolos Psikologi mana, eh Alhamdulillah lolos
ternyata. Yaudah kalau udh lolos ya lolos aja, buat jawab orang lain yang nanya
“Dev, lolos nggak?” ya aku jawab “lolos, tapi enggak diambil”, gitu doang udah,
tujuan aku lolos ya … itu.
Aku benar-benar ingin masuk Psikologi
kok, tetapi aku tahu itu hal yang enggak mungkin saat itu, jadi aku lakuin itu
untuk memenuhi rasa penasaran aku aja. Mungkin akan ada yang sedikit berbeda
dengan tulisan aku di blog, tetapi (sepertinya) tahun kemarin aku nulis belum
netral, masih takut komentar orang lain, jadi enggak barbar. Maapkan.
Akan tetapi, ingat ya teman-teman. Hal
yang aku lakukan tahun 2019 itu benar-benar buruk, sangat tidak patut dicontoh.
Orang lain berjuang mati-matian untuk dapat kursi itu, jadi jangan pernah
melakukan apa yang saat itu aku lakukan ya.
Kita seharusnya jangan terlalu peduli
terhadap omongan orang lain. Kenapa? Karena terkadang itu menghambat progress
kita, mau belajar … malu sama orang lain, kan aku terkenalnya malas (konsep labelling
dalam Sosiologi eyaqs). Mau masuk PTN … ah enggak jadi, aku kan enggak pintar,
nanti banyak yang julid. Mau ikut lomba … enggak deh, kalau gak juara gimna,
malu dong. Mau ini, mau itu, semua enggak jadi. Hey! Enggak ada salahnya
mencoba, enggak ada orang sukses yang langsung sukses gitu aja. Orang lain yang
berkomentar kadang cuma iri aja terhadap keberanian kita, pencapaian kita.
Jadi, mulai saat ini, hilangkan jauh-jauh perasaan itu ya?
Sebenarnya, tidak semua komentar orang
lain harus diabaikan juga sih, kita harus pintar memfilter apa saja yang baik
untuk kita dan apa saja yang justru malah menghambat kita. Ada orang yang
berkomentar untuk mengingatkan, kita belum salat (misalnya, untuk yang muslim)
malah belajar terus, terus kita diingetin “Dev, salat dulu, belajar mulu” ya …
itu baik, justru kita harus berterima kasih sudah diingatkan. Jadi paham ya? Belajar
untuk memfilter okay!
Kenapa aku panjang lebar ceritain itu
semua? Karena itulah hal yang bikin aku berani bermimpi, berani bangkit, berani
ambil keputusan yang berat, kalau aku masih jadi orang yang seperti dulu, aku
yakin nggak akan bisa nulis ini sekarang.
Mohon maaf jika ada kata-kata yang
kurang berkenan, tolong koreksi jika salah ya. Kalau mau ada yang ditanyakan,
boleh ke wa 081321534143 J
Komentar
Posting Komentar